Retmol.Id.Denpasar- Nusa Dua, Bali – Paroki Maria Bunda Segala Bangsa (MBSB) Nusadua menunjukkan komitmennya terhadap perlindungan anak dan perempuan melalui penyelenggaraan seminar bertajuk "Literasi Gereja Katolik Ramah Anak dan Perempuan: Langkah Nyata Melawan Kekerasan."
Acara ini dibuka secara resmi oleh RD Ferdinandus Burhan Panggur, yang dalam sambutannya menekankan relevansi dan pentingnya tema tersebut dengan kehidupan umat saat ini. Ia juga menyambut hangat seluruh pemateri yang hadir.
Foto: Sambutan Pembukaan Seminar oleh RD Fernandus Burhan Panggur di Aulah Kristoforus Paroki MBSB Nusadua ( Minggu 19/10/25)
RD Ferdinandus Burhan Panggur turut menyampaikan apresiasi kepada semua pihak yang terlibat dalam kesuksesan acara ini. "Terima kasih kepada Ibu Cesilia Wijayanto, ketua Bidang Pendidikan Umat (BPU) dan semua sie pendukung, terkusus terima kasih untuk ketua migran perantau Pak Kanis Ganggas untuk kelancaran semua kegiatan hari ini," ujarnya.
Seminar ini menghadirkan tiga narasumber kompeten di bidangnya. Antonius Lilik dari Komisi Perlindungan Anak Daerah (KPAD) Provinsi Bali menjadi pemateri pertama dengan topik "Gereja Rumah Anak". Dalam paparannya, ia menyoroti peran dan tugas gereja dalam mengembangkan anak-anak agar dapat bertumbuh dan berkembang sesuai dengan martabat dan potensi yang dianugerahkan Tuhan. Lilik menegaskan, "Gereja Ramah anak ialah gereja dengan sistem pelayanan holistik yang menjamin sepenuhnya hak-hak anak dan melindungi anak-anak dari kekerasan, eksploitasi, kerentanan, dan diskriminasi baik di lingkungan gereja maupun pelayanan publik, gereja dan Keluarga."
Pemateri kedua, Theresia Yusino, S.Sos dari Pengurus Sekretariat Gender dan Pemberdayaan Perempuan Komisi Waligereja Indonesia, membawakan materi mengenai "Protokol perlindungan anak dan dewasa Rentan". Ia secara spesifik membahas sinergi antara peran Pemerintah dan gereja dalam melindungi anak dan orang dewasa yang rentan. Yusino juga menguraikan tentang kekerasan seksual menurut Undang-Undang Tindak Pidana Kekerasan Seksual (UU TPKS) Pasal 4, serta menjelaskan proses pencegahan, penanganan, dan reintegrasi korban kekerasan pada anak.
Sementara itu, Ni Luh Gede Yastini, S.H yang juga dari KPAD Provinsi Bali, tampil sebagai pemateri ketiga. Ia secara spesifik berbicara tentang "Bentuk kekerasan terhadap perempuan dan anak". Yastini menegaskan bahwa orang tua, masyarakat, dan pemerintah memiliki kewajiban bersama untuk mencegah terjadinya kekerasan pada anak. "Setiap orang dilarang membiarkan terjadinya tindak kekerasan perempuan dan anak," tandasnya.
Seminar ini diharapkan dapat meningkatkan kesadaran dan literasi umat mengenai pentingnya menciptakan lingkungan gereja dan keluarga yang aman dan ramah bagi anak-anak dan perempuan, serta menjadi langkah konkret dalam upaya melawan segala bentuk kekerasan.
Acara yang menjadi program unggulan Ketua Keadilan Perdamaian Migran dan Perantau Paroki MBSB Nusadua, Bapak Kanis Ganggas, ini sukses menarik antusiasme lebih dari 100 umat dari 12 lingkungan gereja.
Foto: Narasumber kegiatan seminar di Paroki Maria Bunda Segala Bangsa Nusadua
Seminar yang berlangsung pada Minggu (19/10/25) mulai pukul 11.00 hingga 16.00 Wita, Turut hadir dalam kegiatan ini Yusdis Diaz, Ketua Komisi Keadilan dan Perdamaian Pastoral Migran Perantau Keuskupan Denpasar, menambah bobot diskusi dan perspektif yang mendalam.
Bapak Kanis Ganggas, yang diwawancarai media melalui pesan singkat WhatsApp, menjelaskan
"Tujuan utama dari seminar ini adalah untuk meningkatkan kesadaran dan pemahaman tentang pentingnya menciptakan lingkungan gereja yang ramah anak, serta memberikan langkah-langkah konkret untuk mewujudkan hal tersebut," ujarnya. Ia juga menambahkan bahwa seminar ini bertujuan untuk memberikan edukasi dan pembinaan kepada orang tua dan masyarakat tentang pengasuhan anak yang baik serta perlindungan anak dari kekerasan dan diskriminasi.
Foto: Para Peserta Seminar di Paroki Maria Bunda Segala Bangsa Nusadua
Partisipasi umat yang mencapai lebih dari seratus orang menunjukkan betapa relevannya tema ini bagi komunitas gereja. Suasana diskusi dan interaksi selama seminar berlangsung sangat antusias, menandakan tingginya kepedulian umat terhadap isu perlindungan anak dan perempuan di lingkungan gereja.
Menutup keterangannya, Bapak Kanis Ganggas menyampaikan harapannya setelah seminar ini. "Meningkatnya kesadaran dan komitmen gereja untuk menciptakan lingkungan yang ramah anak dan mendukung tumbuh kembang anak secara holistik. Terwujudnya gereja yang menjadi tempat yang aman dan nyaman bagi anak-anak untuk bertumbuh dalam iman dan kasih," harapnya.
Foto: Kanis Ganggas Ketua Ketua keadilan, perdamaian,dan Pastoral (KKP-PMP) Paroki MBSB Nusadua
Ia juga berharap adanya peningkatan partisipasi dan keterlibatan orang tua dan masyarakat dalam menciptakan lingkungan gereja yang ramah anak dan mendukung pemenuhan hak-hak anak, serta terlaksananya program-program gereja yang berperspektif anak dan mendukung tumbuh kembang anak secara holistik.
Foto: Cesilia Wijayanto Ketua Bidang Pendidikan Umat (BPU) Paroki MBSB Nusadua
Seminar ini merupakan langkah nyata Paroki MBSB Nusadua dalam mewujudkan gereja yang inklusif, aman, dan peduli terhadap hak-hak anak dan perempuan, menegaskan peran gereja sebagai garda terdepan dalam melawan kekerasan dan menciptakan lingkungan yang harmonis.






